skip to main |
skip to sidebar
Diposting oleh
Mulyadi Segitiga
Bahasa Indonesia memiliki makna dan
peran penting bagi bangsa Indonesia. Bahasa sebagai alat komunikasi yang
paling efektif, mutlak diperlukan oleh setiap bangsa. Pernahkah kita
membayangkan, bagaimana seandainya bangsa Indonesia tidak mempunyai
bahasa Indonesia? Dengan memiliki bahasa nasional, bangsa Indonesia
seharusnya bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Kita memang telah sering mendengar ungkapan “bahasa menunjukkan
bangsa”. Namun, banyak dari kita yang tidak meresapi ungkapan
tersebut. Kenyataan sehari-hari di masyarakat tidaklah demikian. Rasa
bangga terhadap bahasa Indonesia belum tertanam pada setiap orang
Indonesia. Bahasa Indonesia dianggap "kurang ilmiah dan kurang intelek"
dibanding dengan bahasa asing, bahasa Indonesia tidak perlu dipelajari
karena bahasa Indonesia adalah milik sendiri, dan sebagainya. Bahkan,
mereka pun akhirnya menjadi tidak mau tahu perkembangan bahasa
Indonesia.
Sikap orang Indonesia yang kurang
menghargai bahasa Indonesia antara lain:
1) banyak orang Indonesia
memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa asing,
walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik;
2) banyak
orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing, tetapi
tidak pernah malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia;
3) banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak
mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa
Indonesia dengan baik;
4) banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih
pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing dengan
fasih, walaupun penguasaan bahasa Indonesia tidak sempurna dan apa
adanya.
Kenyataan tersebut menunjukkan sikap
negatif pemakai bahasa Indonesia. Sikap-sikap negatif tersebut pada
akhirnya juga akan berdampak negatif bagi perkembangan bahasa Indonesia.
Sebagian pemakai bahasa Indonesia menjadi pesimis, menganggap rendah,
dan tidak percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran
dan perasaannya dengan lengkap, jelas, dan sempurna. Sikap negatif
tersebut akhirnya memunculkan akibat yang lebih fatal, bagi perkembangan
bahasa Indonesia, yaitu:
1. Banyak orang Indonesia lebih
suka menggunakan kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan
asing. Padahal, kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan
tersebut sudah ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Misalnya orang
Indonesia lebih suka istilah “fitness centre” daripada “pusat
kebugaran”, “worksheet” daripada “kertas kerja”,
“option” daripada “pilihan”, dan masih banyak lagi.
2. Banyak orang Indonesia
menghargai bahasa asing secara berlebihan. Misalnya dalam pemberian nama
diri orang Indonesia lebih suka dengan nama yang kearab-araban atau
kebarat-baratan. Juga panggilan kepada orang tua, banyak yang tidak
lagi menggunakan panggilan ”ibu – bapak”. Hampir semua sudah
berubah menjadi ”mama – papa”, ”mami – papi”, atau ”umi
– abi”. Juga pada pemberian nama bidang perniagaan. Padahal,
hal-hal kecil seperti ini lama kelamaan akan menghilangkan identitas
kita sebagai bangsa Indonesia karena kita semua tahu bahwa
panggilan-panggilan tersebut berasal dari bahasa asing. Kita menjadi
tidak bisa menunjukkan bahwa Indonesia memang memiliki
ciri/karakteristik yang berbeda dengan bangsa lain.
3. Banyak orang Indonesia yang
berusaha sekuat tenaga untuk belajar dan menguasai bahasa asing dengan
baik, tetapi merasa secukupnya saja untuk menguasai bahasa Indonesia.
Hal ini bisa dilihat banyak orang Indonesia yang mempunyai
bermacam-macam kamus bahasa asing, tetapi TIDAK MEMILIKI satu pun kamus
bahasa Indonesia. Seolah-olah seluruh kosa kata bahasa Indonesia telah
dikuasainya dengan baik.
4. Banyak orang Indonesia yang
’malas’ berpikir untuk berkomunikasi secara baik. Mereka beranggapan
bahwa dalam berkomunikasi yang penting “asal orang mengerti” hal yang
disampaikan. Dari sini akhirnya muncul bahasa yang “nyeleneh”, “asal
nyambung” yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Selain itu, banyak orang Indonesia yang malas untuk
mencari padanan kata dan istilah asing. Istilah yang ada diserap
mentah-mentah. Rata-rata orang Indonesia buruk dalam berbahasa Indonesia
adalah sifat malas berpikir untuk mencari kata-kata yang tepat dan
benar sesuai kaidah dalam bahasa Indonesia. Keadaan ini menyebabkan
bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang tidak menggembirakan. Bila
sikap ini tidak segera diubah maka bukan tidak mungkin bahasa Indonesia
akan menjadi bahasa pasaran yang tidak memiliki identitas.
Kenyataan-kenyataan dan akibat-akibat
tersebut bila tidak diperbaiki dan diluruskan tentu akan menghambat
perkembangan bahasa Indonesia sendiri. Usaha-usaha untuk menjaga dan
melestarikan bahasa Indonesia memang harus terus diupayakan dan
digalakkan untuk mempertahankan bahasa Indonesia dari gempuran
budaya-budaya asing, apalagi di tengah arus globalisasi budaya dunia.
Tanggung jawab maju atau mundurnya bahasa Indonesia, tentunya akan
kembali lagi kepada pengguna bahasa itu sendiri. Kesadaran demikian
harus ditanamkan dan dipupuk dalam diri warga bangsa Indonesia. Sebagai
pemilik bahasa Indonesia yang baik, sepantasnyalah kita mencintai,
menjaga, mengembangkan, dan melestarikan bahasa Indonesia ini. #Salam#
Oleh: Asep Rahmawan Sulaiman
2 komentar:
pake oleh asep atuh
biar pa barnas bisa nilai
sip
Posting Komentar